kami santri sejati

Santri adalah manusia pilihan yang dikehendaki Allah agar kelak menjadi baik, yaitu orang yang menghabiskan sisa usianya dengan ber-tafaqquh fiddin (berusaha mendalami ilmu agama). Kesehariannya tak luput dari pengawasan Kiai. Mereka dididik secara bertahap baik haliyah maupun ulumiyahnya, sehingga kelak siap menjadi penjaga gawang bangsa dibalik keilmuan agama yang dimilikinya.
 
Sedangkan pesantren adalah tempat mengenyam ilmu agama Islam, dimana para penghuninya belajar dalam satu wilayah di bawah bimbingan seorang Kiai. Kata “Pesantren” berasal dari kata “Santri” yang diberi imbuhan pe-an, yang berarti tempat tinggal santri.
 
Program Pesantren
 
Dalam sebuah kelembagaan pesantren, seorang santri dituntut untuk belajar mandiri dalam semua aktifitas sehari-hari. Seperti halnya bangun tidur, sarapan, mandi, mencuci, dll. Selain itu, mereka juga diwajibkan mengikuti kegiatan yang telah ditetapkan seperti jamaah lima waktu, mengaji, sekolah, musyawarah, dsb. Semua kegiatan tersebut merupakan aktivitas wajib di Pon. Pes. Langitan
 
Dilihat dari sisi kepadatannya, kegiatan-kegiatan di Pon. Pes. Langitan sendiri bisa dikatakan lumayan jika dibandingkan dengan kegiatan di pesantren-pesantren lain. Dimulai dari bangun tidur untuk melakukan sholat tahajjud, mereka sengaja dibangunkan untuk menembus kegelapan malam dan mengisinya dengan gemerlap cahaya doa kepada kedua orang tuanya. Kemudian secara terperinci menjalani aktifitas lain sebagaimana tersebut di atas.
 
Disiplin Mengikuti Kegiatan
 
Salah satu ciri khas seorang santri adalah kedisiplinannya mengikuti berbagai kegiatan pondok. Cerminan santri yang disiplin bisa dilihat dari keistikamahannya mengikuti kegiatan-kegiatan pondok. Juga selalu datang tepat waktu, dengan kata lain tidak pernah terlambat. Misalnya, berangkat lebih awal ketika jamaah dan mengaji sebelum Kiai rawuh. Dalam etika belajar, muridlah yang harus menunggu gurunya, bukan guru yang menunggu muridnya.
 
Lain daripada itu, secara husus perilaku Kiai menjadi contoh bagi santri. Sehingga ketika mengaji santri tidak hanya disuguhi teori belaka, mereka bisa membaca haliyah Kiai sebagai tauladan, sekaligus tolak ukur dakwah kelak ketika mereka pulang ke tempat tinggalnya masing-masing.
 
Perbarui niat
 
Memang berat menjalani kehidupan di pondok yang penuh kesibukan, baik aktifitas pribadi maupun program kegiatan dari pondok. Jika hal ini tidak didasari dengan niat yang baik, maka yang ada hanya asal-asalan menjalaninya, malas, tidak semangat, dan merasa berat untuk berangkat sekolah, musyawarah, jamaah, dan ngaji. Itu semua karena adanya rasa malas yang cenderung suka pada yang enak-enak saja.
 
Karena itulah seorang santri harus berusaha memeranginya. Tidak boleh membiarkan sifat malas bersemayam di dalam hati. Salah satu caranya yaitu dengan tidak menurutinya. Sebenarnya mudah melawan rasa malas, hanya tinggal bagaimana para santri mau atau tidak melawannya. Dan tergantung seberapa kuat niat dan keinginan itu sendiri. Oleh karenanya, sebagai santri yang berhimmah tinggi, marilah kita perbarui lagi niat kita, bangkitkan semangat dan jadikan ‘rasa malas’ itu malas menghampiri kita.
 
Ahl Al Aul

Leave a comment